Powered By Blogger

Kamis, 04 Oktober 2012

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

DATA UMUM KELUARGA

  1. Nama kepala keluarga
  2. umur :
  3. Agama :
  4. Pendidikan :
  5. Pekerjaan :
  6. Suku/ Bangsa :
  7. Alamat :
  8. Komposisi keluarga :
    No
    Nama
    Umur
    Sex
    Tgl. Lahir
    Pendikan
    Pekerjaan
    Ket
                   
  9. Tipe keluarga :
  10. Genogram :
  11. Sifat Keluarga
    1. Pengambilan Keputusan
    2. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
      1. Kebiasaan tidur / istirahat
      2. Kebiasaan rekreasi
      3. Kebiasaan makan keluarga
  12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
  13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
  14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

  1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
  2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
  3. Riwayat keluarga inti
  4. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)

LINGKUNGAN

  1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
  2. Ventilasi dan penerangan
  3. Persediaan air bersih
  4. Pembuangan sampah
  5. Pembuangan air limbah
  6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
  7. Denah rumah
  8. Lingkungan sekitar rumah
  9. Sarana komunikasi dan transportasi
  10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
  11. Fasilitas pelayanan kesehatan

SOSIAL

  1. Karakteristik tetangga dan komunitas
  2. Mobilitas geografis keluarga
  3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
  4. Sistem pendukung keluarga

STRUKTUR KELUARGA

  1. Pola Komunikasi Keluarga
  2. Struktur Kekuatan Keluarga
  3. Struktur Peran (formal dan informal)
  4. Nilai dan Norma Keluarga

FUNGSI KELUARGA

  1. Fungsi afektif
  2. Fungsi sosialisasi
  3. Fungsi perawatan kesehatan
    1. Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
      1. Mengenal masalah kesehatan
      2. Memutuskan untuk merawat
      3. Mampu merawat
      4. Modifikasi lingkungan
      5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
  4. Fungsi reproduksi
  5. Fungsi ekonomi

STRESS DAN KOPING KELUARGA

  1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
    1. Stresor jangka pendek
    2. Stresor jangka panjang
  2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
  3. Strategi koping yang digunakan
  4. Strategi adaptasi disfungsional

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

  1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
    1. Ayah
    2. Ibu
    3. Anak
  2. Keluarga berencana
  3. Imunisasi
  4. Tumbuh kembang
    1. Pemeriksaan tumbuh kembang anak
      1. Anak I :
      2. Anak II:
      3. dll
    2. Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak

PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA

  1. Pemeriksaan fisik Bapak …
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. Mulut :
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas :
  2. Pemeriksaan fisik Ibu …….
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran :
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. mulut
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas :
  3. Pemeriksaan fisik Anak …… (1)
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran :
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. Mulut :
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas
  4. Pemeriksaan fisik Anak …… (2)
    1. Keadaan umum :
    2. Kesadaran :
    3. Tanda-tanda vital :
      1. TD :
      2. N :
      3. RR :
      4. S :
    4. Kepala :
      1. Rambut :
      2. Mata :
      3. Hidung :
      4. Telinga :
      5. Mulut :
    5. Dada / Thorax :
      1. I :
      2. P :
      3. P :
      4. A :
    6. Perut / Abdomen :
      1. I :
      2. A :
      3. P :
      4. P :
    7. Genetalia / Anus :
    8. Ekstremitas
  5. HARAPAN KELUARGA

ANALISA DATA

TGL
DATA
MASALAH
   

SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah 1
KRITERIA
BOBOT
PERHITUNGAN
PEMBENARAN
1. Sifat masalah
  1. Aktual: 3
  2. Resiko:2
  3. Potensial:1
1
   
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
  1. Mudah: 2
  2. Sebagian: 1
  3. Tidak dapat:0
2
   
3. Kemungkinan masalah dapat dicegah
  1. Tinggi: 3
  2. Cukup: 2
  3. Rendah: 1
1
   
4. Menonjolnya masalah
  1. Segera: 2
  2. Tidak segera: 1
  3. Tidak dirasakan:0
1
   
Skor:
     
Masalah 2:
KRITERIA
BOBOT
PERHITUNGAN
PEMBENARAN
1. Sifat maslah
  1. Aktual: 3
  2. Resiko:2
  3. Potensial:1


1
   
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
  1. Mudah: 2
  2. Sebagian: 1
  3. Tidak dapat:0


2
   
3. Kemungkinan masalah dapat dicegah
  1. Tinggi: 3
  2. Cukup: 2
  3. Rendah: 1


1
   
4. Menonjolnya masalah
  1. Segera: 2
  2. Tidak segera: 1
  3. Tidak dirasakan:0


1
   
Skor:
     
Masalah 3:
KRITERIA
BOBOT
PERHITUNGAN
PEMBENARAN
1. Sifat maslah
  1. Aktual: 3
  2. Resiko:2
  3. Potensial:1


1
   
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
  1. Mudah: 2
  2. Sebagian: 1
  3. Tidak dapat:0


2
   
3. Kemungkinan masalah dapat dicegah
  1. Tinggi: 3
  2. Cukup: 2
  3. Rendah: 1


1
   
4. Menonjolnya masalah
  1. Segera: 2
  2. Tidak segera: 1
  3. Tidak dirasakan:0


1
   
Skor:
     
Mungkin akan berbeda di tiap instansi untuk melakukan pendataan pengkajian keluarga

Selasa, 02 Oktober 2012

Elektrokardiografi (EKG)


Definisi EKG : Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung. Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung
Cara Menggunakan EKG untuk merekam listrik jantung :
Persiapan
A. Alat
  • Mesin EKG, yang dilengkapi :
  • kabel untuk sumber listrik
  • kabel untuk bumi (ground)
  • Kabel elektroda ekstremitas dan dada
  • Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
  • Balon penghisap elektroda dada
  • Jelly
  • Kertas tissue
  • Kapas Alkohol
  • Kertas EKG
  • Spidol
B. Pasien
Penjelasan (informed consent)
- Tujuan pemeriksaan
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman
Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang melekat.
Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG
Cara memasang EKG
1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
2. Nyalakan mesin EKG
3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak saling bersentuhan
4. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur)
5. Keempat electrode ektremitas diberi jelly.
6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki. Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
7. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah
- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
-V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
- V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu
1. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.
2. Buat kalibrasi
3. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal 6 beat)
4. Kalau perlu buat kalibrasi setelah selesai perekaman
5. Semua electrode dilepas
6. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
7. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
8. Matikan mesin EKG
9. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam
10.Bersihkan dan rapikan alat
Perhatian :
  • Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika kertas tidak cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi ½ kali atau 5 mm. Jika gambaran EKG kecil, kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.
  • Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman
  • Saat merekam, operator harus menghadap pasien
  • Lead EKG
    Terdapat 2 jenis lead :
A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
  • Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
  • Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
  • Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
B. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode
    Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
    Lead unipolar ekstremitas
  • Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
  • Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
  • Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
    Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6
    Kertas EKG
    Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar) terdapat pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.
    Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses listrik terdiri dari :
  • Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
  • Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi ventrikel)
  • Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
  • Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
Aksis jantung
axis ekg
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
Sekilas mengenai EKG Normal
clip_image002
clip_image002
Gelombang P
Nilai normal :
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar 0,12-0,20 detik.
Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR, V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di hampir semua lead kecuali di aVR
Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi Ventrikuler
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm. segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah garis isoelektris disebut ST depresi
Cara menilai EKG
  • Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak
  • Tentukan irama jantung ( “Rhytm”)
  • Tentukan frekwensi (“Heart rate”)
  • Tentukan sumbu jantung (“Axis”)
  • Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)
  • Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)
  • Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang terpasang pacu jantung)
1. MENENTUKAN FREKWENSI JANTUNG
Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a.  300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’
b. 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik tsb kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5
2. MENENTUKAN IRAMA JANTUNG
Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut
- Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
- Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)
- Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak
- Tentukan interval PR normal atau tidak
- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)
Kriteria Irama Sinus adalah :
- Iramanya  teratur
- frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
-Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
- Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
- PR interval normal (0,12-0,20 detik)
Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan

Anemia Hemolytic


MAKALAH
SISTEM HEMATOLOGI dan IMMUNOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN
ANEMIA HEMOLYTIC



 






Dosen Pembimbing :

KATA PENGANTAR

         Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ’’ Sistem Hematologi Dan Imunologi ” Anemia Hemolytic
         Kami menyadari tugas ini masih kurang sempurna karena keterbatasan sumber buku dan pengetahuan kami baik segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membantu demi kesempurnaan tugas ini.
         Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, kami mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya.





                                                                                                    
                                                                                                     Jambi,    Desember,2009

                                                                                                                          
                                                                                                                     Penulis

















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...............................................................................      i
DAFTAR ISI ...............................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................     1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................     1
1.3 Tujuan ............................................................................................     2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian  .....................................................................................     3
2.2 Penyebab (etiologi) ........................................................................     3
2.3 Manifestasi klinis  ..........................................................................     5
2.4 WOC ..............................................................................................     6
2.5 Penatalaksanaan .............................................................................     7
2.6 pemeriksaan penunjang...................................................................     8
2.7 konsep asuhan keperawatan............................................................     9
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
         3.1 Tinjauan kasus ................................................................................     9
3.2 Analisa Data...................................................................................   10
3.3 NCP................................................................................................   11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................   16
4.2 Saran ..............................................................................................   16
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Pada hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sum-sum tulang biasanaya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding kecepatan normal. Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darahmerah Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya danmerusaknya.. Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik. 

1.2       Rumusan Masalah

      Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini yaitu tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Anemia Hemolytic” yang meliputi :
1.   Pengertian
2.   Penyebab (etiologi)
3.   Manifestasi Klinis
4.  WOC
5.   Penatalaksanaan
6.   Pemeriksaan penunjang
7.  Diagnosa Keperawatan 




1.3        Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi dan Imunologi yang berjudul ”askep anemia Hemolytic”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep Anemia Hemolytic serta proses keperawatan dan pengkajiannya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Pengertian

 

Anemia yang disebabkan karena meningkatnya kecepatan destruksi eritrosit. Umur eritrosit rata-rata 120 hari. Pada anemia hemolitik eritrosit hanya bertahan untuk beberapa hari.
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Yaitu, pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktu nya ( kurang dari 100 hari).

2.2         Penyebab (etiologi)

Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a.                        Faktor eritrosit
-          Kelainan pada erikrosit, bentuknya kecil, bundar dan resistensinya terhadap NaCL hipotonis menjadi rendah. Penyebab hemolisis ksrena kelainan membran eritrosit
-          Bentuk eritrosit lonjong (oval), dalam keadaan normal bentuk ini adalah bentuk nin hanya ditemukan kira – kira 15 – 20%  saja.tetapi pada penyakit ovalositosis kelaianan mencapai 50 – 90%.
-          Kelainan bentuk eritrosit yang di sebabkan “kelainan” komposisi lemak pada dinding sel. Penyakit yang disebabkan  kelainan ini ialah A – beta lipoproteinemia
-          Penyakit kelaian karena terdapat gangguan pembentukan nukleotida sehingga eritrosit mudah pecah. Penyakit yang didapat pada kelainan ini ialah panmielopatia tipe fanconi


a.       Anemia Hemolitik karena gangguan enzim
Kelainan yang sering ditemui pada bayi baru lahir yang ikteurs  difesisnsi     G-6-PD (glukosa – 6 - posphat dehydrogenase). Akibat kekurangan enzim ini eritrisit mudah pecah. Defisiensi G-6-PD diturun kan secara dominan melalui kromosom X penyakit ini lebih nyata pada anak laki-laki. Enzim-enzim lain yang tidak terbentuk sehingga menyebabkan ertirosit hemolisis ialah glutation reduktase, glutation piruvatkinase triophosphate isomerase (TPI) difosfogliserat mutase, heksikinase dan gliseraldehid 3—fosaft dehidrogenase
b.      Hemoglobinbinopatia
Hemoglobin orang dewasa normal terdiri dari HBA yang merupakan 98% dariseluruh hemoglobin. HbA 2 tidak lebih dari 2%  dan Hbf tidak lebih dari 3%. Pada bayi baru lahir Hbf merupakan bagian terbesar dari hemoglobin, yaitu 95% ; kemudian pada perkembangan selanjut nya konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan normal. Pada kelainan hemoglobin ini terdapat 2 jenis ialah :
1.      Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin yang abnormal) seperti HbS, HbF dan lainnya.
2.      Gangguan jumlah rantai hemoglobin. Seperti pada talasemia.
Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
1.    Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
2.    Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri.(google. Eksiklopedi bebas)





2.3     Manifestasi klinis

menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:
1.       Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil pemecahan eritrosit. Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada hasil ekskresi yaitu urin dan feses.
2.       Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya tidak ada karena hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia.
3.       Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.
4.       Retikulositosis : produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi banyaknya eritrosit yang hancur sehingga sel muda seperti retikulosit banyak ditemukan.
Kadang – kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
o   Demam
o   Mengigil
o   Nyeri punggung dan lambung
o   Perasaan melayang
o   Penurunan tekana darah yang berarti










2.4       WOC












































2.5  Penatalaksanaan

Transfusi darah terutama dalam keadaan krisis. Pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun). Sebaiknya diberikan roboransia
    Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
     A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel
     Gangguan pembentukan nukleotida Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Pada keadaan yang berat, akibat keracunan obat-obatan, pemberian transfusi darah dapat menolong penderita. Kadang-kadang diperlukan pula transfusi tukar. Pada anemia hemolitik oleh karena proses imun maka pemberian darah harus hati-hati oleh karena hal ini dapat menambah proses hemolisis. Dalam hal ini sebaiknya diberikan transfusi eritrosit yang telah dicuci.
Diberikan pula prednison atau hidrokortison dengan dosis tinggi pada anemia hemolitik imun ini. Bila perlu diberikan preparat kortikosteroid secara intravena. Apabila didapatkan gagal ginjal akut, maka diberikan cairan dan obat-obatan sesuai dengan penatalaksanaan dari gagal ginjal akut. Pada anemia hemolitik autoimun yang biasanya berlangsung lama, maka disamping pemberian prednison, juga diberikan azatioprin (imuran).

2.6         Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
1.      Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
-     Bilirubin serum meningkat
-     Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat
-     Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
2.      Gambaran peningkatan produksi eritrosit
-     Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
-     hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
3.      Gambaran rusaknya eritrosit:
-     morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer, target cell, sickle cell, sferosit.
-     fragilitas osmosis, otohemolisis
-     umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom. persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit. semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit.





BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1. Tinjauan Kasus
Tn.E datang kerumah sakit diantar keluarga pada tanggal 15 desember pukul 17.00. pengakajian pada tanggal 16 desember dari pengkajian di dapat TTV =110/70 mmHg, suhu 350C, HR = 90x/i, RR= 25x/i, pada palpasi abdomen mengalami spleno megali, urin berwarna pekat, feses berwarna hitam, pasien mengatan pusing, mengalami nyeri lambung dan punggung, serta sesak, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah. Tn.E mengatakan sebelum sakit BB nya 55 Kg, TB 162. kemudian turun menjadi 53 Kg. setelah dilakukan pemeriksaan lab didapt jumlah eritrosit 2500 sel/mm3 pada saat pengkajian. Semua aktivitas dibantu oleh keluarga.
Pengkajian
DS :
Ø   Tn.E mengatakan lemas, mengigil, pusing, nyeri pungung, dan lambung serta sesak anfas
Ø   Tn.E mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah.
Ø   Tn.E mengatakan sebelum sakit BB nya 55 kg turun menjadi 53 kg
DO :
Ø   TD = 110/70 mmHg
Ø   Suhu = 350C
Ø   RR = 25x/i
Ø   Pada saat palpasi terdapat spenomengali, urine pekat dan feses hitam
Ø   Jumlah eritrosit 2500 sel/mm3
3.2 Analisa Data
no
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1
S  : - Tn E mengatakan sesak napas
O     : - TD 110/70 mmHg
- RR 25 x / i
- HR 90x/i
- suhu 35o
Ketidak seimbangan suplai oksigen sesuai denag kebutuhan
Pola napas tidak efektif
2
S : - Tn E mengatakan lambungnya nyeri (perut)
O : - pada saat palpasi terdapat     splenomegali
-urin pekat dan feses hitam

Nyri pada bagian abdomen
konstipasi
3
S : - Tn.E mengatakan lemas menggigiul dan pusing
O : - TD 110/70 mmHg
- RR 25 x / i
- HR 90x/i
       - suhu 35o
         - pemeriksaan labor Jumlah eritrosit 2500 sel/mm3
Kelemahan fisik  
Intoleransi aktifitas
4
S : - Tn E mwngatakan tidak ada nafsu makan, mual, muntah
  - Tn E sebelum sakit BB nya 55 kg kemudian turun menjadi 53 kg

Anoreksia
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.3    NCP
no
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan KH :
Intervensi
Rasional
1
Pola napas tidak efektif b/d ketidak seimbangan suplai oksigen















Klien akan menunjukan pola napas normal
KH:
·         Menujukan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
  • Berpartisipasi dalam aktivitas / perilaku meningkatkan fungsi paru


·      Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal
·      Ajarkan teknik relaksasi
·      Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas


·      Berikan oksigen tambahan

·      Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan atelektasis
·      Mengoktimalkan upaya pernapasan
·      Perasaan takut dan ansietas berhubungan dengan ketidak mampuan bernapas
·     Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

2
Konstipasi b/d gangguan pencernaan
Membuat kembali pola normal dari fungsi usus dengan  KH :
Menunjukakan perubahan prilaku pola hidup yang diperlukan sebagai penyeab atau faktor pemberat:
1. obserfasi warna feses , konsistensi, frekuensi, dan jumlah

2. auskultasi bunyi usus



3. hindari makanan yang membentuk gas

4. dorong pemasukan cairan 2500 – 3000 ml/ hari dalam toleransi jantung


5. konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dfenag tinggi serat dan bulk

1. membantu mengidentifikasi penyebab atau faktor pemberat dan intervensi pemberat
2. Bunyi usus secara umum meningkat pada diaredan menurun pada konstipasi

3. menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen
4. membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila kontipasi akan membantu mempertahankan setatus hidrasi pada diare
5. serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorsi air dalam aliranya sepanjang traktus intestinal dan denga demikian menghasilkan bulk yang bekerja sebagai perangsang untuk defikasi
3
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien melaporkan peningkatan intoleransi aktifitas.
Kriteria Hasil:
1        Menunjukkan pernafasan normal.
2        Mendapatkan istirahat yang cukup.
 TD dalam keadaan normal
·      Observasi adanya tanda kerja fisik (dispnea, sesak nafas, kunang-kunang, keletihan.
·      Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing


·      Berikan lingkungan tenang . pertahankan tirang baring bila diindikasikan



·      Antisipasi dan bantu dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.
·      Beri pengalihan aktifitas bermain


·      Ukur tanda vital selama istirahat.
·     Merencanakan istirahat yang tepat.




·     Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat mnyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cedera

·     Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan perenggangan jantung dan paru

·     Untuk mencegah kelelahan


·     Meningkatkan istirahat dengan tenang serta mencegah kebosanan dan menarik diri
·      Untuk menentukan nilai dasar perbandingan selama periode aktifitas
4
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, tidak mau makan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Tn B, mendapatkan kebutuhan nutrisi yang tepat.
Kriteria Hasil:
1. Berat badan Tn B  kembali normal.
2. Tn B  mendapatkan suplemen yang dibutuhkan missal (Fe)
3. Tidak mengalami tanda malnutrisi.
1. Berikan susu pada bayi sebagai makanan suplemen setelah makanan padat diberikan.
2. Sajikan makanan sedikit tapi sering dari pada 3 kali dalam porsi besar.
3. Instruksikan keluarga untuk memberikan asupan makanan yang cukup dan suplemen (Fe).
4. Dorong anak untuk makan semua makanan atau makanan tambahan.

1. Terlalu banyak minum susu, akan menurunkan masukan makanan padat.

2. Mengurangi resiko penurunan terjadi muntah.

3. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan suplemen yang dibutuhkan oleh tubuh.

4. Anak mungkin hanya makan sedikit karena kehilangan minat pada makanan serta mengalami mual.
BAB 1V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Anemia yang disebabkan karena meningkatnya kecepatan destruksi eritrosit. Umur eritrosit rata-rata 120 hari. Pada anemia hemolitik eritrosit hanya bertahan untuk beberapa hari.
Transfusi darah terutama dalam keadaan krisis. Pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan anak yang agak besar (2-3 tahun). Sebaiknya diberikan roboransia
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.

4.2.   Saran dan Saran
Dalam penulisan makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada klien Anemia Hemolitik” nantinya makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Namun penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih bnyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu kritik dan saran yng bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA



Karpenito, Lynda jual.2009.Diagnosis Keperawatan.jakarta. EGC

Muttakin, Arif,S.kep,2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem kardiovaskular dan hematilogi. Jakarta. EGC

Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Volume 3 ). jakarta. vEGC

www. Google.com (eksiklopedi bebas)http.asuhan keperawatan sistem hematologi .co.id.