KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ’’ Sistem Hematologi
Dan Imunologi ” Anemia Hemolytic “
Kami menyadari tugas ini masih
kurang sempurna karena keterbatasan sumber buku dan pengetahuan kami baik segi
materi maupun penyajiannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membantu demi kesempurnaan tugas ini.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Akhirnya, kami
mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Jambi, Desember,2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
..................................................................................... 3
2.2 Penyebab (etiologi) ........................................................................ 3
2.3 Manifestasi klinis .......................................................................... 5
2.4 WOC .............................................................................................. 6
2.5 Penatalaksanaan ............................................................................. 7
2.6 pemeriksaan
penunjang................................................................... 8
2.7 konsep asuhan
keperawatan............................................................ 9
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1 Tinjauan kasus ................................................................................ 9
3.2
Analisa Data................................................................................... 10
3.3 NCP................................................................................................ 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 16
4.2 Saran .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sum-sum
tulang biasanaya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah
merah baru tiga kali atau lebih dibanding kecepatan normal. Anemia Hemolitik
adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darahmerah Dalam
keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi
tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya danmerusaknya..
Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis),
sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah
merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah
merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis
uraikan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah yang nantinya akan dibahas
dalam makalah ini yaitu tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Anemia Hemolytic” yang
meliputi :
1. Pengertian
2. Penyebab (etiologi)
3. Manifestasi Klinis
4. WOC
5. Penatalaksanaan
6. Pemeriksaan penunjang
7. Diagnosa Keperawatan
1.3
Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas Sistem Hematologi dan Imunologi yang berjudul ”askep anemia Hemolytic”.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep
Anemia Hemolytic serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Anemia yang disebabkan karena meningkatnya kecepatan
destruksi eritrosit. Umur eritrosit rata-rata 120 hari. Pada anemia hemolitik
eritrosit hanya bertahan untuk beberapa hari.
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh
proses hemolisis. Yaitu, pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktu
nya ( kurang dari 100 hari).
2.2
Penyebab (etiologi)
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda
yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada sel eritrosit.
Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a.
Faktor eritrosit
-
Kelainan pada erikrosit, bentuknya kecil, bundar dan
resistensinya terhadap NaCL hipotonis menjadi rendah. Penyebab hemolisis ksrena
kelainan membran eritrosit
-
Bentuk eritrosit lonjong (oval), dalam keadaan normal
bentuk ini adalah bentuk nin hanya ditemukan kira – kira 15 – 20% saja.tetapi pada penyakit ovalositosis
kelaianan mencapai 50 – 90%.
-
Kelainan bentuk eritrosit yang di sebabkan “kelainan”
komposisi lemak pada dinding sel. Penyakit yang disebabkan kelainan ini ialah A – beta lipoproteinemia
-
Penyakit kelaian karena terdapat gangguan pembentukan
nukleotida sehingga eritrosit mudah pecah. Penyakit yang didapat pada kelainan
ini ialah panmielopatia tipe fanconi
a.
Anemia Hemolitik karena gangguan enzim
Kelainan yang sering ditemui pada bayi baru lahir yang ikteurs difesisnsi G-6-PD
(glukosa – 6 - posphat dehydrogenase). Akibat kekurangan enzim ini eritrisit
mudah pecah. Defisiensi G-6-PD diturun kan
secara dominan melalui kromosom X penyakit ini lebih nyata pada anak laki-laki.
Enzim-enzim lain yang tidak terbentuk sehingga menyebabkan ertirosit hemolisis
ialah glutation reduktase, glutation piruvatkinase triophosphate isomerase
(TPI) difosfogliserat mutase, heksikinase dan gliseraldehid 3—fosaft
dehidrogenase
b.
Hemoglobinbinopatia
Hemoglobin orang
dewasa normal terdiri dari HBA yang merupakan 98% dariseluruh hemoglobin. HbA 2
tidak lebih dari 2% dan Hbf tidak lebih
dari 3%. Pada bayi baru lahir Hbf merupakan bagian terbesar dari hemoglobin,
yaitu 95% ; kemudian pada perkembangan selanjut nya konsentrasi HbF akan
menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan normal. Pada kelainan
hemoglobin ini terdapat 2 jenis ialah :
1.
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
yang abnormal) seperti HbS, HbF dan lainnya.
2.
Gangguan jumlah rantai hemoglobin. Seperti pada
talasemia.
Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
1. Akibat
reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
2. Akibat
reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk
oleh tubuh sendiri.(google. Eksiklopedi bebas)
2.3 Manifestasi klinis
menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:
1. Perubahan
metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan hasil pemecahan eritrosit.
Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada hasil ekskresi yaitu urin dan
feses.
2. Hemoglobinemia
: adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya tidak ada karena hemoglobin
terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang berlebihan akan membuat
hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah hemoglobin yang tidak dapat
diakomodasi seluruhnya oleh sistem keseimbangan darah akan menyebabkan
hemoglobinemia.
3. Masa hidup
eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.
4. Retikulositosis
: produksi eritrosit yang meningkat sebagai kompensasi banyaknya eritrosit yang
hancur sehingga sel muda seperti retikulosit banyak ditemukan.
Kadang – kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba
dan berat, menyebabkan krisis hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang
di tandai dengan:
o Demam
o Mengigil
o Nyeri
punggung dan lambung
o Perasaan
melayang
o Penurunan
tekana darah yang berarti
2.4 WOC
2.5 Penatalaksanaan
Transfusi darah
terutama dalam keadaan krisis. Pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan
anak yang agak besar (2-3 tahun). Sebaiknya diberikan roboransia
• Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini
50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan normal bentuk
eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara
dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis.
Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat
mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
• A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini
terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi
pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan
komposisi lemak pada dinding sel
• Gangguan pembentukan nukleotida Kelainan
ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada
panmielopatia tipe fanconi.
Pada keadaan yang
berat, akibat keracunan obat-obatan, pemberian transfusi darah dapat menolong
penderita. Kadang-kadang diperlukan pula transfusi tukar. Pada anemia hemolitik
oleh karena proses imun maka pemberian darah harus hati-hati oleh karena hal
ini dapat menambah proses hemolisis. Dalam hal ini sebaiknya diberikan
transfusi eritrosit yang telah dicuci.
Diberikan pula
prednison atau hidrokortison dengan dosis tinggi pada anemia hemolitik imun
ini. Bila perlu diberikan preparat kortikosteroid secara intravena. Apabila
didapatkan gagal ginjal akut, maka diberikan cairan dan obat-obatan sesuai
dengan penatalaksanaan dari gagal ginjal akut. Pada anemia hemolitik autoimun
yang biasanya berlangsung lama, maka disamping pemberian prednison, juga
diberikan azatioprin (imuran).
2.6
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
1. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
- Bilirubin serum
meningkat
- Urobilinogen urin meningkat, urin kuning
pekat
- Strekobilinogen feses meningkat, pigmen
feses menghitam
2. Gambaran peningkatan produksi eritrosit
- Retikulositosis,
mikroskopis pewarnaan supravital
- hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
3. Gambaran rusaknya eritrosit:
- morfologi
: mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer, target
cell, sickle cell, sferosit.
- fragilitas
osmosis, otohemolisis
- umur
eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom. persentasi
aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit. semakin cepat
penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1. Tinjauan Kasus
Tn.E datang
kerumah sakit diantar keluarga pada tanggal 15 desember pukul 17.00.
pengakajian pada tanggal 16 desember dari pengkajian di dapat TTV =110/70 mmHg,
suhu 350C, HR = 90x/i, RR= 25x/i, pada palpasi abdomen mengalami
spleno megali, urin berwarna pekat, feses berwarna hitam, pasien mengatan
pusing, mengalami nyeri lambung dan punggung, serta sesak, tidak ada nafsu
makan, mual dan muntah. Tn.E mengatakan sebelum sakit BB nya 55 Kg, TB 162.
kemudian turun menjadi 53 Kg. setelah dilakukan pemeriksaan lab didapt jumlah
eritrosit 2500 sel/mm3 pada saat pengkajian. Semua aktivitas dibantu
oleh keluarga.
Pengkajian
DS :
Ø
Tn.E mengatakan lemas, mengigil, pusing, nyeri
pungung, dan lambung serta sesak anfas
Ø
Tn.E mengatakan tidak ada nafsu makan, mual, dan
muntah.
Ø
Tn.E mengatakan sebelum sakit BB nya 55 kg turun
menjadi 53 kg
DO :
Ø
TD = 110/70 mmHg
Ø
Suhu = 350C
Ø
RR = 25x/i
Ø
Pada saat palpasi terdapat spenomengali, urine
pekat dan feses hitam
Ø
Jumlah eritrosit 2500 sel/mm3
3.2 Analisa Data
no
|
DATA
|
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1
|
S : - Tn E
mengatakan sesak napas
O : - TD 110/70 mmHg
- RR 25 x / i
- HR
90x/i
- suhu
35o
|
Ketidak seimbangan
suplai oksigen sesuai denag kebutuhan
|
Pola napas tidak
efektif
|
2
|
S : - Tn E mengatakan lambungnya nyeri (perut)
O : - pada saat
palpasi terdapat splenomegali
-urin pekat dan feses
hitam
|
Nyri pada bagian
abdomen
|
konstipasi
|
3
|
S : - Tn.E mengatakan lemas menggigiul dan pusing
O
: - TD 110/70 mmHg
- RR 25 x / i
- HR
90x/i
- suhu 35o
- pemeriksaan labor Jumlah eritrosit 2500 sel/mm3
|
Kelemahan
fisik
|
Intoleransi aktifitas
|
4
|
S : - Tn E
mwngatakan tidak ada nafsu makan, mual, muntah
- Tn E sebelum sakit BB nya 55 kg kemudian turun menjadi
53 kg
|
Anoreksia
|
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
|
3.3 NCP
no
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan KH :
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pola napas tidak efektif b/d
ketidak seimbangan suplai oksigen
|
Klien akan menunjukan pola napas normal
KH:
·
Menujukan pola napas efektif dengan frekuensi
dan kedalaman dalam rentang normal
- Berpartisipasi dalam aktivitas / perilaku
meningkatkan fungsi paru
|
·
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan
ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu /
pelebaran nasal
·
Ajarkan teknik relaksasi
·
Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas
·
Berikan oksigen tambahan
|
·
Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung
derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan atelektasis
·
Mengoktimalkan upaya pernapasan
·
Perasaan takut dan ansietas berhubungan dengan
ketidak mampuan bernapas
·
Memaksimalkan bernapas
dan menurunkan kerja napas
|
2
|
Konstipasi b/d gangguan
pencernaan
|
Membuat kembali pola normal dari fungsi usus
dengan KH :
Menunjukakan
perubahan prilaku pola hidup yang diperlukan sebagai penyeab atau faktor
pemberat:
|
1. obserfasi warna feses , konsistensi,
frekuensi, dan jumlah
2. auskultasi bunyi usus
3. hindari makanan yang membentuk gas
4. dorong pemasukan cairan 2500 – 3000 ml/ hari
dalam toleransi jantung
5. konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet
seimbang dfenag tinggi serat dan bulk
|
1. membantu mengidentifikasi penyebab atau faktor
pemberat dan intervensi pemberat
2. Bunyi usus secara umum meningkat pada diaredan
menurun pada konstipasi
3. menurunkan distres gastrik dan distensi
abdomen
4. membantu dalam memperbaiki konsistensi feses
bila kontipasi akan membantu mempertahankan setatus hidrasi pada diare
5. serat
menahan enzim pencernaan dan mengabsorsi air dalam aliranya sepanjang traktus
intestinal dan denga demikian menghasilkan bulk yang bekerja sebagai
perangsang untuk defikasi
|
3
|
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelemahan umum
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien melaporkan
peningkatan intoleransi aktifitas.
Kriteria Hasil:
1
Menunjukkan pernafasan normal.
2
Mendapatkan istirahat yang cukup.
TD dalam keadaan normal
|
·
Observasi adanya tanda kerja fisik (dispnea,
sesak nafas, kunang-kunang, keletihan.
·
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau
terhadap pusing
·
Berikan lingkungan tenang . pertahankan tirang
baring bila diindikasikan
·
Antisipasi dan bantu dalam aktifitas kehidupan
sehari-hari.
·
Beri pengalihan aktifitas bermain
·
Ukur tanda vital selama istirahat.
|
·
Merencanakan istirahat yang tepat.
·
Hipotensi postural atau hipoksia serebral
dapat mnyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cedera
·
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh dan perenggangan jantung dan paru
·
Untuk mencegah kelelahan
·
Meningkatkan istirahat dengan tenang serta
mencegah kebosanan dan menarik diri
·
Untuk menentukan nilai dasar perbandingan
selama periode aktifitas
|
4
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,
muntah, tidak mau makan
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x
24 jam diharapkan Tn B, mendapatkan kebutuhan nutrisi yang tepat.
Kriteria Hasil:
1. Berat badan Tn B kembali normal.
2. Tn B mendapatkan suplemen yang
dibutuhkan missal (Fe)
3. Tidak mengalami tanda malnutrisi.
|
1. Berikan susu pada bayi sebagai makanan
suplemen setelah makanan padat diberikan.
2. Sajikan makanan sedikit tapi sering dari pada
3 kali dalam porsi besar.
3. Instruksikan keluarga untuk memberikan asupan makanan yang cukup dan
suplemen (Fe).
4. Dorong anak untuk makan semua makanan atau makanan tambahan.
|
1. Terlalu banyak minum susu, akan menurunkan
masukan makanan padat.
2. Mengurangi resiko penurunan terjadi muntah.
3. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan suplemen yang dibutuhkan oleh tubuh.
4. Anak mungkin hanya makan sedikit karena
kehilangan minat pada makanan serta mengalami mual.
|
BAB 1V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Anemia yang disebabkan karena meningkatnya kecepatan
destruksi eritrosit. Umur eritrosit rata-rata 120 hari. Pada anemia hemolitik
eritrosit hanya bertahan untuk beberapa hari.
Transfusi darah
terutama dalam keadaan krisis. Pengangkatan limpa pada keadaan yang ringan dan
anak yang agak besar (2-3 tahun). Sebaiknya diberikan roboransia
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval
(lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20%
saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis
biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan
radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari
penyakit ini.
4.2. Saran dan
Saran
Dalam
penulisan makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada klien Anemia Hemolitik”
nantinya makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Namun penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih bnyak
terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu
kritik dan saran yng bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.